Mau Untung Maksimal? Kuasai Cara Hitung Margin dan Markup Produk Anda

Mau Untung Maksimal? Kuasai Cara Hitung Margin dan Markup Produk Anda
Image by freepik

Dalam dunia bisnis, istilah margin dan markup sering digunakan secara bergantian. Padahal, keduanya memiliki arti dan dampak yang sangat berbeda terhadap strategi penetapan harga dan profitabilitas. Kesalahan memahami perbedaan ini dapat membuat bisnis salah langkah, baik dalam menentukan harga jual, menghitung keuntungan, maupun membuat keputusan operasional jangka panjang.

Di Indonesia, pemahaman tentang margin dan markup semakin penting seiring ketatnya persaingan usaha, terutama di era digital. Berdasarkan data Business Survey Profit Margin dari Bank Indonesia yang dirilis melalui CEIC, margin minimum yang dibutuhkan pelaku usaha untuk mencapai keberlanjutan secara rata-rata nasional berada di kisaran 10%–13% dalam lima tahun terakhir. Angka ini menjadi acuan penting dalam menentukan ambang batas profit yang layak untuk berbagai sektor industri di tanah air.

Di sisi lain, strategi penetapan markup sering kali dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti struktur pasar dan kebijakan fiskal. Penelitian dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa di industri makanan dan minuman, perusahaan dengan posisi dominan cenderung menetapkan markup yang jauh lebih tinggi karena memiliki daya tawar lebih kuat dalam pasar yang terkonsentrasi. Situasi ini menggambarkan bagaimana markup tidak hanya soal matematika penetapan harga, tetapi juga mencerminkan kekuatan kompetitif suatu bisnis.

Tak hanya itu, perubahan kebijakan perpajakan yang diberlakukan di sektor e-commerce Indonesia juga memaksa banyak pelaku usaha digital untuk mengevaluasi ulang strategi penetapan harga mereka. Menurut data dari Marketing InteractiveDengan potensi kenaikan beban pajak dan kewajiban administrasi yang lebih kompleks, banyak e-commerce kini harus mempertimbangkan ulang kombinasi antara margin keuntungan dan markup produk untuk tetap kompetitif di pasar.

Dengan latar belakang tersebut, artikel ini akan mengupas secara mendalam mengenai margin dan markup, bagaimana cara menghitungnya, serta dampaknya terhadap keputusan bisnis sehari-hari. Pemahaman yang tepat akan membantu pelaku usaha, khususnya bisnis kecil dan startup digital, mengoptimalkan strategi harga yang lebih cerdas, kompetitif, dan berorientasi profit.

Social Commerce 2025: Strategi Wajib Agar Bisnis Tak Tertinggal
Di era digital saat ini, batas antara media sosial dan e-commerce semakin menjauh. Dulu, konsumen harus membuka aplikasi marketplace atau situs web untuk mencari barang yang mereka butuhkan. Namun, kini, proses jual beli bisa terjadi langsung di platform media sosial, tanpa perlu berpindah aplikasi. Fenomena ini dikenal sebagai social commerce, di mana interaksi sosial dan pengalaman belanja menyatu dalam satu ekosistem yang seamless.

Definisi Margin dan Markup

Banyak pelaku usaha di Indonesia, terutama di sektor UMKM, masih kerap tertukar antara margin dan markup. Meski sama-sama digunakan untuk menghitung keuntungan, keduanya memiliki dasar perhitungan dan tujuan penggunaan yang berbeda. Memahami perbedaan ini sangat penting, terutama saat bisnis Anda mulai berkembang dan membutuhkan strategi pricing yang lebih akurat.

Apa itu Margin?

Margin adalah persentase keuntungan yang dihitung dari harga jual produk. Dengan kata lain, margin menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh setelah dikurangi biaya, dibandingkan dengan harga jual produk tersebut. Margin umumnya digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas usaha secara keseluruhan, misalnya dalam laporan keuangan atau saat mengevaluasi kinerja satu lini produk.

Rumus margin:

Margin (%) = (Harga Jual – Harga Pokok) / Harga Jual × 100

Contoh: Jika Anda menjual produk seharga Rp200.000 dengan harga pokok Rp150.000, maka:

Margin = (200.000 – 150.000) / 200.000 × 100 = 25%

Artinya, dari setiap Rp200.000 yang diterima dari penjualan, Rp50.000 (25%) adalah keuntungan kotor.

Apa itu Markup?

Berbeda dengan margin, markup adalah persentase keuntungan yang dihitung dari harga pokok (biaya) produk. Markup lebih sering digunakan saat Anda menentukan harga jual dari suatu produk, khususnya di tahap awal produksi atau penentuan strategi harga.

Rumus markup:

Markup (%) = (Harga Jual – Harga Pokok) / Harga Pokok × 100

Menggunakan contoh yang sama, dengan harga pokok Rp150.000 dan harga jual Rp200.000:

Markup = (200.000 – 150.000) / 150.000 × 100 = 33,3%

Artinya, Anda menambahkan 33,3% dari harga pokok untuk menetapkan harga jual.

Perbedaan Kunci:

Meskipun dalam contoh di atas margin dan markup mengacu pada nominal keuntungan yang sama (Rp50.000), hasil persentasenya sangat berbeda. Inilah jebakan umum yang sering terjadi: banyak pengusaha mengira markup 30% sama dengan margin 30%, padahal kenyataannya tidak. Kesalahan ini bisa berdampak besar pada penetapan harga, apalagi jika menyangkut diskon atau penghitungan gross profit secara menyeluruh.

Kenapa Ini Penting?

Menurut data CEIC Indonesia, margin keuntungan minimum yang diharapkan oleh pelaku usaha di Indonesia cenderung stagnan dalam kisaran 20–30%. Namun, tekanan dari persaingan harga terutama di sektor e-commerce yang terkena dampak regulasi pajak baru membuat pengusaha harus semakin cermat menghitung margin dan markup untuk tetap kompetitif. Dengan memahami perbedaan keduanya, pelaku usaha bisa lebih tepat menentukan strategi harga yang sehat. Gunakan markup saat menentukan harga jual berdasarkan biaya produksi, dan gunakan margin saat mengevaluasi efisiensi dan profitabilitas bisnis Anda.

Contoh Perhitungan Margin vs Markup

Agar pemahaman soal margin dan markup lebih mudah diterapkan dalam bisnis, mari kita lihat skenario nyata yang sering dihadapi pelaku usaha, khususnya di sektor retail dan F&B (makanan dan minuman).

Skenario 1: Usaha Kuliner

Seorang pemilik kedai kopi di Bandung membeli bahan baku kopi dan susu seharga Rp10.000 per gelas. Ia menjualnya seharga Rp15.000.

  • Menghitung Margin:Margin = (Harga Jual – Harga Pokok) / Harga Jual × 100Margin = (15.000 – 10.000) / 15.000 × 100 = 33,3%
  • Menghitung Markup:Markup = (Harga Jual – Harga Pokok) / Harga Pokok × 100Markup = (15.000 – 10.000) / 10.000 × 100 = 50%

Jadi, meskipun keuntungan per gelas sama-sama Rp5.000, penggunaan margin dan markup memberikan angka persentase yang berbeda. Jika sang pemilik ingin menjaga margin 33% secara konsisten, ia harus mempertimbangkan harga jual dan harga pokok secara seimbang terutama saat harga bahan baku naik.

Skenario 2: Toko Ritel Online

Sebuah toko online menjual pakaian dengan harga pokok Rp80.000 dan menetapkan markup sebesar 40%. Maka harga jual dihitung sebagai:

  • Harga Jual = Harga Pokok + (Markup × Harga Pokok)Harga Jual = 80.000 + (40% × 80.000) = 80.000 + 32.000 = Rp112.000

Untuk mengetahui margin dari harga jual ini:

  • Margin = (112.000 – 80.000) / 112.000 × 100 = 28,57%

Jika kemudian toko ingin memberikan diskon 20%, harga jual menjadi Rp89.600. Maka margin baru:

  • Margin Baru = (89.600 – 80.000) / 89.600 × 100 = 10,71%

Dari sini terlihat bagaimana keputusan diskon bisa memangkas margin secara signifikan. Itulah mengapa banyak brand harus mengkaji ulang pricing strategy mereka, terutama setelah kebijakan perpajakan e-commerce di Indonesia mulai diperketat.

Tips Praktis

Contoh di atas menunjukkan bahwa markup cocok digunakan saat Anda ingin menetapkan harga jual berdasarkan biaya, sedangkan margin lebih cocok digunakan saat mengevaluasi performa penjualan secara keseluruhan. Jangan tertukar antara keduanya, karena selisih 5–10% dalam hitungan margin bisa sangat berpengaruh terhadap keuntungan akhir bisnis, apalagi dalam skala besar.

  • Gunakan margin dalam laporan bulanan dan evaluasi profitabilitas.
  • Gunakan markup saat menyusun katalog harga, terutama untuk produk baru.
  • Jika Anda berencana memberi diskon, hitung margin setelah diskon, bukan hanya potong harga dari markup awal.
  • Pertimbangkan untuk menggunakan software manajemen stok atau penjualan yang bisa mengintegrasikan perhitungan otomatis margin dan markup secara real-time.

Dengan memahami dan menggunakan kedua konsep ini secara tepat, Anda bisa mengelola arus kas, menjaga harga tetap kompetitif, dan tetap mempertahankan keuntungan di tengah tantangan pasar yang terus berubah.

Manajemen Stok F&B yang Efisien: Solusi Praktis dari BoxHero
BoxHero membantu pelaku industri F&B mengelola stok mereka dengan lebih baik. Dengan fitur seperti pelacakan stok real-time, pencatatan masa kedaluwarsa, dan notifikasi stok rendah, BoxHero memungkinkan bisnis untuk menjaga kualitas bahan baku, mengurangi risiko pemborosan, dan memastikan ketersediaan bahan yang konsisten.
Image by freepik

Margin dan Markup dalam Pengambilan Keputusan Bisnis

Dalam operasional sehari-hari, pemahaman yang baik terhadap margin dan markup bukan sekadar pengetahuan keuangan melainkan alat strategis untuk mengambil keputusan yang berdampak langsung terhadap kelangsungan bisnis. Kesalahan memahami atau menerapkan keduanya bisa membuat bisnis terlihat menguntungkan padahal sebenarnya tidak, atau sebaliknya.

Menentukan Strategi Penetapan Harga

Saat menentukan harga jual produk, banyak pemilik bisnis lebih familiar menggunakan markup karena sifatnya yang lebih praktis: tinggal menambahkan persentase keuntungan di atas harga pokok. Namun, pendekatan ini bisa menyesatkan jika tidak memperhitungkan margin keuntungan secara keseluruhan. Misalnya, sebuah produk dengan markup 50% mungkin hanya menghasilkan margin 33%, dan bisa jadi terlalu rendah jika ada biaya tambahan seperti promosi, distribusi, atau pajak.

Sebaliknya, margin lebih sering digunakan dalam pelaporan keuangan dan analisis profitabilitas. Mengetahui margin membantu bisnis menilai apakah setiap produk berkontribusi positif terhadap profit perusahaan, dan apakah target keuntungan tercapai.

Memantau Kesehatan Keuangan

Margin sangat berguna dalam memantau performa keuangan bisnis dari waktu ke waktu. Misalnya, laporan CEIC Data mencatat bahwa margin keuntungan usaha di Indonesia pada kuartal terakhir 2023 berada di kisaran 28–30%, menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini bisa mencerminkan tekanan biaya produksi atau kompetisi harga yang semakin ketat.

Dengan mengetahui rata-rata margin industri, pelaku usaha bisa membandingkan performa bisnisnya dan mengambil keputusan korektif. Jika margin berada di bawah rata-rata industri, maka perusahaan perlu meninjau ulang harga jual, efisiensi operasional, atau struktur biaya.

Pengaruh Terhadap Strategi Diskon dan Promosi

Dalam praktiknya, bisnis sering kali memberikan potongan harga demi meningkatkan volume penjualan. Namun diskon yang diberikan tanpa menghitung ulang margin bisa merugikan. Misalnya, memberikan diskon 20% pada produk dengan margin hanya 25% bisa menyebabkan kerugian langsung. Dengan memahami margin, pelaku usaha bisa menetapkan batas diskon maksimum agar bisnis tetap untung.

Hal ini menjadi semakin penting dalam konteks kebijakan pajak baru di Indonesia, di mana e-commerce kini dikenakan pemotongan PPN dan pengawasan lebih ketat (sumber: Marketing Interactive). Artinya, ruang keuntungan makin sempit dan harus dihitung lebih cermat.

Menentukan Prioritas Produk dan Investasi

Data margin juga berguna saat bisnis ingin mengembangkan lini produk baru atau menghentikan produk lama. Produk dengan margin tinggi layak diprioritaskan untuk ditingkatkan stoknya atau dipromosikan lebih agresif. Sementara produk dengan margin rendah meskipun laku keras perlu ditinjau apakah masih layak dipertahankan.

Banyak pelaku UMKM Indonesia belum mengintegrasikan analisis margin sebagai bagian dari pengambilan keputusan. Ini menunjukkan peluang besar untuk meningkatkan efisiensi usaha melalui pemahaman sederhana namun berdampak seperti ini.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Memahami perbedaan dan hubungan antara margin dan markup bukan hanya soal teori keuangan, ini adalah kunci untuk menjalankan bisnis secara sehat dan berkelanjutan. Markup membantu Anda menentukan harga jual, tetapi margin menunjukkan seberapa banyak keuntungan yang sebenarnya Anda simpan dari tiap penjualan. Dengan mengetahui keduanya, pelaku usaha bisa lebih bijak saat menentukan harga, memberi diskon, mengevaluasi performa produk, hingga menyusun strategi pertumbuhan.

Dalam konteks Indonesia yang terus berubah, termasuk adanya kebijakan pajak baru dan margin usaha yang fluktuatif, pebisnis dituntut untuk lebih cermat. Jangan sekadar jual banyak, pastikan setiap produk yang terjual memberi kontribusi nyata terhadap profit Anda.

Tips Praktis:

  • Selalu cek kembali margin saat memberi diskon.
  • Gunakan margin sebagai acuan utama dalam laporan performa keuangan.
  • Bandingkan margin bisnis Anda dengan standar industri.
  • Prioritaskan produk dengan margin tinggi untuk promosi atau pengembangan.

Punya banyak SKU tapi bingung mana yang paling menguntungkan? Saatnya gunakan sistem manajemen inventaris yang membantu Anda menghitung margin per produk secara otomatis. Dengan begitu, keputusan bisnis bisa lebih tepat dan efisien. Coba BoxHero dan mulai kontrol keuntungan Anda dari sekarang.

BoxHero, Awal dari Pengelolaan InventarisGunakan semua fitur secara gratis selama 30 hari.