Single SKU vs Multiple SKU: Mana yang Lebih Efektif?

Single SKU vs Multiple SKU: Mana yang Lebih Efektif?

Dalam dunia bisnis ritel dan e-commerce yang semakin kompetitif, pelaku usaha dihadapkan pada keputusan strategis penting: apakah sebaiknya fokus pada satu produk unggulan (single SKU) atau menawarkan berbagai varian produk (multiple SKU)? Keputusan ini tidak hanya memengaruhi strategi pemasaran, tetapi juga berdampak langsung pada operasional, manajemen inventaris, dan kepuasan pelanggan.

Single SKU merupakan pendekatan di mana bisnis fokus pada satu jenis produk atau varian tertentu. Strategi ini sering digunakan oleh perusahaan yang ingin membangun identitas merek yang kuat dan menjaga efisiensi operasional. Dengan hanya satu produk, proses produksi, penyimpanan, dan distribusi menjadi lebih sederhana. Namun, risiko utamanya adalah ketergantungan pada satu sumber pendapatan, yang bisa berbahaya jika permintaan pasar berubah.

Di sisi lain, Multiple SKU melibatkan penawaran berbagai varian produk, baik dari segi ukuran, warna, rasa, atau fitur lainnya. Strategi ini memungkinkan bisnis menjangkau segmen pasar yang lebih luas dan memenuhi berbagai preferensi konsumen. Namun, kompleksitas operasional meningkat, termasuk dalam hal manajemen inventaris, prediksi permintaan, dan risiko overstock atau dead stock.

Menariknya, penelitian menunjukkan bahwa terlalu banyak pilihan bisa berdampak negatif pada keputusan pembelian konsumen. Fenomena ini dikenal sebagai "choice overload", di mana konsumen merasa kewalahan dengan terlalu banyak opsi, yang akhirnya menghambat keputusan pembelian dan menurunkan kepuasan. Studi oleh Iyengar dan Lepper menunjukkan bahwa konsumen lebih cenderung membeli dan merasa puas ketika dihadapkan pada pilihan yang lebih sedikit.

Selain itu, manajemen SKU yang efektif sangat penting untuk menjaga efisiensi operasional. Menurut The Retail Exec, pengelolaan SKU yang buruk dapat menyebabkan ketidakseimbangan stok, kesalahan pemenuhan pesanan, dan penurunan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, penting bagi bisnis untuk menyeimbangkan antara menawarkan variasi produk dan menjaga kesederhanaan operasional.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang kelebihan dan kekurangan dari strategi single SKU dan multiple SKU, serta bagaimana bisnis dapat menentukan pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas mereka. Kami juga akan mengeksplorasi bagaimana teknologi manajemen inventaris, seperti BoxHero, dapat membantu dalam mengelola kompleksitas SKU dan meningkatkan efisiensi operasional.

SKU Rationalization: Kapan Harus Disederhanakan?
Menambah SKU memang bisa membuka peluang. Tapi tanpa arah yang jelas, hal ini justru bisa memperlambat pertumbuhan bisnis. Evaluasi rutin terhadap performa produk menjadi langkah penting agar bisnis tetap fokus, efisien, dan menghasilkan. SKU Rationalization bukan soal memangkas sebanyak mungkin, tapi tentang menata kembali apa yang benar-benar penting.

Keunggulan Strategi Single SKU

Bagi banyak bisnis, terutama yang sedang merintis atau memiliki sumber daya terbatas, strategi single SKU bisa menjadi pilihan cerdas. Fokus pada satu produk utama memungkinkan efisiensi operasional dan pemasaran yang sulit dicapai jika produk terlalu banyak. Pendekatan ini terbukti berhasil digunakan oleh berbagai brand direct-to-consumer (D2C) global seperti Allbirds (sepatu), MVMT (jam tangan), hingga Kopi Kenangan (kopi susu kekinian) di Indonesia pada fase awal mereka.

Berikut adalah keunggulan utama dari strategi single SKU:

1. Operasional Lebih Sederhana dan Efisien

Mengelola satu produk berarti rantai pasok menjadi lebih mudah dikontrol. Proses pengadaan bahan baku, produksi, pengemasan, hingga distribusi lebih efisien karena tidak ada variasi spesifikasi produk yang harus diperhatikan. Sistem inventaris pun lebih sederhana, karena pelacakan dan pengelolaan stok hanya difokuskan pada satu jenis barang.

Hal ini sangat membantu menghindari dead stock, terutama ketika modal terbatas dan ruang penyimpanan terbatas. Data dari ShipBob menunjukkan bahwa bisnis dengan SKU terlalu banyak cenderung mengalami overstock pada produk yang kurang laku, yang pada akhirnya menggerus margin keuntungan.

2. Branding yang Lebih Fokus dan Kuat

Brand yang hanya menjual satu produk unggulan cenderung memiliki positioning yang lebih kuat di benak konsumen. Ini karena seluruh energi pemasaran diarahkan untuk membangun citra dan daya tarik produk tersebut. Strategi ini banyak digunakan oleh startup untuk menciptakan identitas merek yang tajam.

Contohnya, Everlane memulai bisnisnya hanya dengan satu jenis T-shirt. Dengan fokus penuh pada kualitas dan narasi transparansi harga, mereka berhasil membangun basis pelanggan yang loyal sebelum akhirnya memperluas lini produknya.

3. Pemasaran Lebih Efektif dan Terarah

Ketika hanya ada satu produk yang dipromosikan, maka kampanye pemasaran bisa dirancang secara lebih strategis. Pesan brand menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami. Selain itu, pengujian A/B untuk harga, promosi, atau kanal distribusi menjadi lebih mudah dilakukan karena tidak ada variabel SKU lain yang memengaruhi hasil.

Strategi ini sangat ideal bagi bisnis yang mengandalkan penjualan online, di mana konten dan komunikasi brand harus tajam untuk memikat audiens dalam waktu singkat.

4. Lebih Mudah Mengambil Keputusan Berbasis Data

Dengan hanya satu SKU, bisnis bisa lebih cepat membaca performa produk. Data penjualan, review pelanggan, dan inventory turnover lebih mudah dianalisis secara menyeluruh. Ini sangat berguna dalam membuat keputusan seperti kapan restock, kapan naikkan harga, atau kapan melakukan campaign marketing ulang.

Perbandingan Strategi Single SKU vs Multiple SKU

AspekSingle SKUMultiple SKU
✅ Keunggulan
Efisiensi OperasionalPengelolaan stok dan logistik lebih sederhanaLebih kompleks, tapi bisa melayani lebih banyak preferensi konsumen
Fokus MerekMembangun brand awareness lebih kuat dan terarahBrand bisa menjangkau lebih banyak segmen pasar
Biaya PemasaranHemat biaya karena hanya satu produk yang dipromosikanPotensi lebih besar untuk upselling dan cross-selling
Analisis DataData penjualan lebih mudah dievaluasi dan dijadikan dasar keputusanBisa menguji lebih banyak varian untuk membaca tren pasar
Adaptasi TrenLebih lambat menyesuaikan tren jika hanya satu produkBisa cepat merespon tren dan musim dengan varian produk
AspekSingle SKUMultiple SKU
❌ Tantangan
Risiko BisnisKetergantungan tinggi pada satu produk jika gagal, dampaknya besarRisiko stok mati meningkat jika terlalu banyak varian
Fleksibilitas PasarTerbatas dalam menjangkau preferensi pasar yang beragamProduk terlalu banyak bisa menyebabkan choice overload
Strategi PenjualanSulit upselling tanpa produk pelengkap atau varianButuh strategi stok dan promosi yang lebih kompleks
Biaya OperasionalLebih hemat dari sisi produksi dan distribusiBiaya lebih tinggi untuk produksi, penyimpanan, dan distribusi
Branding & PositioningLebih fokus dan kuatRisiko pesan brand terpecah jika varian terlalu banyak

Pada strategi Single SKU, keuntungan paling jelas terlihat dari sisi efisiensi. Karena hanya satu produk yang dikelola, bisnis bisa menghemat waktu dan biaya di hampir semua aspek mulai dari produksi, pemasaran, hingga manajemen stok. Inilah sebabnya banyak brand D2C (Direct-to-Consumer) yang memulai dengan satu produk andalan. Fokus ini tidak hanya mengurangi kerumitan operasional, tetapi juga memperkuat brand positioning karena semua upaya promosi tertuju pada satu pesan yang jelas.

Namun, pendekatan ini juga memiliki risiko besar: ketergantungan. Jika produk tersebut tidak laku atau tren pasar berubah, bisnis bisa goyah karena tidak ada alternatif penjualan lain yang menopang. Selain itu, dengan hanya satu varian, pasar yang bisa dijangkau menjadi lebih sempit.

Sementara itu, strategi Multiple SKU menawarkan potensi pasar yang lebih luas. Dengan memberikan lebih banyak pilihan, bisnis bisa menjangkau beragam segmen pelanggan dan menyesuaikan produk dengan tren atau musim. Ini juga membuka peluang untuk strategi upselling dan cross-selling dua hal yang sulit dicapai jika hanya memiliki satu SKU.

Namun, di balik potensi tersebut, ada tantangan besar. Pengelolaan inventaris menjadi jauh lebih rumit. Bisnis harus cermat dalam memprediksi permintaan, menghindari kelebihan stok, serta mengatur distribusi dan logistik yang lebih kompleks. Tidak hanya itu, banyak pilihan juga bisa menimbulkan choice overload, yaitu kondisi di mana pelanggan merasa kewalahan dan akhirnya tidak jadi membeli apa pun fenomena yang didukung oleh riset akademik.

Maka, pertanyaannya bukanlah mana yang lebih baik secara mutlak, melainkan mana yang lebih cocok dengan kapasitas, sumber daya, dan tujuan bisnis Anda saat ini. Bagi bisnis yang baru berkembang, strategi single SKU bisa menjadi fondasi yang kokoh. Namun seiring pertumbuhan dan bertambahnya permintaan pasar, multiple SKU bisa menjadi jalan ekspansi yang strategis dengan syarat manajemen inventarisnya solid.

Di bagian selanjutnya, kita akan melihat contoh nyata dari brand yang sukses menerapkan kedua strategi ini, serta tips bagaimana Anda bisa menentukan pendekatan yang tepat untuk bisnis Anda.

Kesalahan Umum dalam Menentukan SKU dan Cara Menghindarinya

Menentukan jumlah dan varian SKU memang terdengar sederhana. Namun, dalam praktiknya, banyak bisnis terutama yang sedang berkembang melakukan kesalahan yang justru berdampak besar pada efisiensi operasional dan kesehatan keuangan. Berikut beberapa kesalahan umum dalam manajemen SKU dan bagaimana cara menghindarinya.

1. Menambahkan Terlalu Banyak SKU Tanpa Data

Salah satu kesalahan paling umum adalah menambah varian produk berdasarkan intuisi, bukan data. Misalnya, menambahkan ukuran atau warna baru hanya karena merasa “pasti ada yang suka.” Tanpa bukti penjualan yang mendukung, penambahan SKU justru bisa memperbesar risiko dead stock stok yang tidak bergerak dalam waktu lama.

Solusi:

Gunakan data penjualan dan permintaan konsumen sebagai dasar. Amati tren penjualan berdasarkan SKU, lalu evaluasi: SKU mana yang cepat laku, mana yang lambat. Tools inventaris seperti BoxHero bisa membantu Anda memantau performa setiap SKU secara real-time.

2. Menganggap Semua Varian Harus Selalu Tersedia

Beberapa bisnis merasa harus selalu menyediakan semua SKU dalam jumlah stok yang sama, padahal kenyataannya permintaan tidak merata. Akibatnya, SKU populer cepat habis, sementara yang kurang laku menumpuk di gudang.

Solusi:

Terapkan pendekatan ABC analysis atau analisis perputaran barang (inventory turnover) untuk mengelompokkan SKU berdasarkan performanya. Fokuskan modal pada SKU kategori A (terlaris), dan minimalkan stok pada SKU kategori C (paling lambat terjual).

3. Terlalu Banyak SKU Mirip

Kadang pelaku bisnis menciptakan SKU yang terlalu mirip perbedaan rasa yang nyaris tak terasa, ukuran kemasan terlalu dekat, atau desain produk yang membingungkan. Ini tidak hanya menyulitkan konsumen, tapi juga menambah beban operasional dan pemasaran.

Solusi:

Lakukan product rationalization. Evaluasi apakah semua SKU benar-benar dibutuhkan dan punya nilai berbeda yang signifikan di mata pelanggan. Jika tidak, pertimbangkan untuk menggabungkan SKU atau menghentikan penjualan varian yang tumpang tindih.

4. Tidak Menyusun Kode SKU Secara Sistematis

Kesalahan teknis tapi berdampak besar adalah sistem penamaan SKU yang tidak konsisten atau tidak bermakna. Misalnya, kode acak seperti "SKU123" dan "X1A-Z4" yang tidak memberi informasi apapun. Ini menyulitkan pelacakan dan menambah risiko kesalahan saat pemesanan atau pengiriman.

Solusi:

Gunakan format SKU yang sistematis dan mudah dikenali. Contoh: KTS-200ML-BLU (untuk Ketombe Shampoo ukuran 200 ml warna biru). Format seperti ini membantu tim gudang, admin, dan sistem digital untuk bekerja lebih akurat.

5. Tidak Mengevaluasi Performa SKU Secara Berkala

SKU yang awalnya laku belum tentu tetap relevan setahun kemudian. Banyak bisnis lupa mengevaluasi performa SKU, sehingga terus mempertahankan produk yang sudah tidak menghasilkan.

Solusi:

Lakukan audit SKU rutin, misalnya setiap kuartal. Pantau performa berdasarkan metrik seperti volume penjualan, margin keuntungan, dan frekuensi restock. SKU yang tidak memenuhi standar bisa dipertimbangkan untuk dihapus atau diganti.

Dengan menghindari lima kesalahan di atas, bisnis Anda bisa menjaga SKU tetap ramping, efisien, dan relevan terhadap kebutuhan pasar. Pada akhirnya, pengelolaan SKU yang tepat bukan hanya soal jumlah produk yang dijual, tetapi tentang bagaimana produk-produk tersebut mendukung strategi bisnis secara keseluruhan.

Solusi Inventaris Modern: Tips Menggunakan Fitur BoxHero dengan Efektif
Dengan mengikuti tips ini, fitur Pengelolaan Inventaris di BoxHero membantu bisnis Anda menjaga akurasi data, meningkatkan efisiensi operasional, dan memastikan semua transaksi tercatat dengan baik. Manajemen inventaris yang terorganisir adalah langkah awal menuju kesuksesan bisnis yang berkelanjutan.

Siap Optimalkan Strategi SKU Bisnis Anda?

Baik strategi single SKU maupun multiple SKU memiliki kelebihan dan tantangan masing-masing. Single SKU menawarkan fokus, efisiensi, dan positioning yang tajam—cocok untuk bisnis baru yang ingin membangun fondasi kuat tanpa dibebani kompleksitas operasional. Di sisi lain, multiple SKU membuka peluang untuk menjangkau pasar yang lebih luas, menyediakan variasi untuk konsumen, dan meningkatkan nilai rata-rata transaksi jika dikelola dengan cermat.

Namun, strategi SKU bukanlah keputusan sekali ambil. Seiring berkembangnya bisnis, pendekatan yang semula efektif bisa jadi perlu diadaptasi. Yang terpenting adalah memastikan setiap keputusan SKU didasarkan pada data, bukan sekadar intuisi. Inventaris harus menjadi alat bantu strategis, bukan sekadar catatan stok.

Kesalahan seperti menambah SKU tanpa analisis performa, atau membiarkan dead stock menumpuk karena varian yang tidak relevan, bisa membebani arus kas dan menurunkan profitabilitas. Oleh karena itu, audit SKU secara berkala, rasionalisasi produk, dan penggunaan sistem manajemen inventaris seperti BoxHero menjadi kunci untuk menjaga bisnis tetap lincah dan kompetitif.

Akhirnya, menentukan jumlah SKU yang ideal bukan hanya soal banyak atau sedikit. Tapi soal efisiensi, relevansi pasar, dan kemampuan tim Anda dalam mengelolanya dengan tepat. Ingat: lebih banyak SKU tidak selalu berarti lebih baik. Dan satu produk pun bisa menjadi kekuatan besar—jika dikelola dengan fokus dan strategi yang jelas.

Tak perlu lagi bingung menentukan produk mana yang layak dipertahankan atau dilepas. Dengan BoxHero, Anda bisa memantau performa setiap SKU secara real-time, mengelola stok dengan lebih efisien, dan mengambil keputusan bisnis berbasis data bukan sekadar intuisi.

🎯 Analisis perputaran stok lebih mudah

📦 Minimalkan dead stock dan overstock

📊 Pantau penjualan per SKU langsung dari dashboard

Coba BoxHero sekarang dan mulai kelola SKU Anda dengan lebih cerdas.

BoxHero, Awal dari Pengelolaan InventarisGunakan semua fitur secara gratis selama 30 hari.