SKU Rationalization: Kapan Harus Disederhanakan?

Beberapa pelaku usaha mungkin beranggapan bahwa semakin banyak produk yang ditawarkan, semakin besar pula peluang untuk meningkatkan penjualan. Tak heran jika banyak bisnis, khususnya di sektor ritel dan distribusi, berupaya menyediakan ratusan bahkan ribuan SKU (Stock Keeping Unit). Mulai dari variasi rasa, ukuran, hingga jenis kemasan, semuanya tersedia agar terlihat lengkap dan profesional. Namun, muncul satu pertanyaan penting: apakah semua SKU tersebut benar-benar diperlukan?
Kenyataannya, tidak sedikit SKU yang justru tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap penjualan. Sebaliknya, keberadaan mereka malah menambah beban operasional yang sering kali tidak langsung terlihat. Di gudang, jumlah SKU yang terlalu banyak membuat ruang penyimpanan semakin sempit, dan proses pencarian barang pun jadi lebih memakan waktu. Belum lagi risiko stok mati yang perlahan menumpuk. Dari sisi manajemen, semakin banyak SKU berarti semakin kompleks pula data yang harus dianalisis yang ujung-ujungnya bisa memperlambat pengambilan keputusan penting.
Menurut laporan McKinsey, sebuah perusahaan makanan global mengalami peningkatan jumlah SKU sebesar 66 persen dalam tiga tahun. Namun, bukannya tumbuh, justru penjualan per SKU turun hingga 40 persen dan margin keuntungan menyusut sampai 10 persen pada beberapa kategori. Setelah perusahaan tersebut melakukan rasionalisasi dan memangkas sekitar 25 persen dari total SKU-nya, margin kotor malah meningkat sebesar 2 hingga 4 persen.
Dari situ bisa kita lihat bahwa penambahan SKU secara terus-menerus bukan jaminan pertumbuhan. Dalam banyak kasus, justru sebaliknya yang terjadi. SKU yang jarang terjual cenderung menjadi beban: mengisi ruang gudang, meningkatkan biaya logistik, memperlambat operasional, dan menyulitkan evaluasi performa produk. Di laporan lain, McKinsey juga mencatat bahwa sebuah perusahaan menambahkan lebih dari 50 persen SKU dalam waktu tiga tahun, namun penjualan per SKU justru turun 30 persen dan margin ikut menyusut sekitar 10 persen. Saat perusahaan tersebut memangkas portofolionya sebesar 25 persen, laba kotor naik 3 persen.
Fenomena ini juga terjadi saat pandemi COVID-19. Di Amerika Serikat, banyak produsen makanan dan kebutuhan pokok seperti selai kacang dan susu formula bayi memutuskan untuk memangkas varian produk secara sadar. Mereka memfokuskan produksi hanya pada varian yang paling dibutuhkan konsumen. Strategi ini dikenal dengan istilah SKU rationalization langkah di mana produsen untuk sementara waktu menghentikan sebagian SKU agar sumber daya bisa lebih fokus pada produk utama. Rak toko pun sempat tampak kosong, bukan karena stok habis, tetapi karena perusahaan sedang menyederhanakan penawaran mereka secara strategis.
Langkah ini terbukti efektif untuk menjaga efisiensi produksi dan distribusi di tengah krisis pasokan. Di sisi ritel, penyederhanaan SKU juga membantu dalam mengamati perilaku konsumen dengan lebih jernih dan menyesuaikan penawaran secara lebih cepat. Artinya, rasionalisasi SKU bukan hanya strategi darurat, tetapi bisa menjadi bagian dari manajemen inventaris yang sehat dalam jangka panjang.
Yang sering terabaikan adalah biaya tersembunyi yang muncul seiring kompleksitas SKU. Semakin banyak varian, semakin besar pula tantangan di sisi logistik, pelacakan stok, pengendalian mutu, hingga perencanaan permintaan. Bahkan dari sisi konsumen, terlalu banyak pilihan justru bisa membuat bingung, menurunkan angka konversi, dan memperlambat proses pembelian.
Sebaliknya, bisnis yang rutin mengevaluasi SKU cenderung menunjukkan performa yang lebih baik. Dalam laporan lain, McKinsey menyebutkan bahwa 40 persen perusahaan berkinerja tinggi melakukan evaluasi SKU setidaknya setiap kuartal. Sementara itu, hanya 23 persen dari perusahaan lain yang melakukan hal serupa. Bahkan, 100 persen perusahaan unggulan mempertimbangkan dampak terhadap rantai pasok sebelum menambah SKU, dan 80 persen melakukan hal yang sama saat ingin menghapusnya.
Di Indonesia, tantangan ini semakin terasa nyata, khususnya bagi pelaku usaha menengah dan UMKM yang masih mengelola inventaris secara manual. Ketika jumlah SKU terus bertambah, pencatatan lewat spreadsheet menjadi tidak memadai. Kesalahan stok makin sering terjadi, evaluasi makin sulit, dan banyak barang akhirnya dibiarkan menumpuk tanpa kejelasan. Padahal, modal yang tertahan itu bisa dialokasikan ke SKU yang lebih produktif.
Kesimpulannya, menambah SKU memang bisa membuka peluang. Tapi tanpa arah yang jelas, hal ini justru bisa memperlambat pertumbuhan bisnis. Evaluasi rutin terhadap performa produk menjadi langkah penting agar bisnis tetap fokus, efisien, dan menghasilkan. SKU Rationalization bukan soal memangkas sebanyak mungkin, tapi tentang menata kembali apa yang benar-benar penting.
SKU Rationalization sebagai Jalan Tengah
Jika sudah paham bahwa terlalu banyak SKU bisa jadi beban, pertanyaan selanjutnya adalah: bagaimana cara menyederhanakannya tanpa membuat bisnis kehilangan peluang?
Di sinilah konsep SKU Rationalization menjadi penting. Proses ini bukan sekadar memangkas jumlah produk, tapi mengevaluasi secara menyeluruh seluruh portofolio agar bisnis bisa berjalan lebih efisien, lebih fokus, dan tentu saja, lebih menguntungkan. Gampangnya, ini mirip seperti merapikan lemari pakaian. Kita tidak serta-merta membuang semuanya, tapi memilih mana yang benar-benar sering dipakai dan mana yang hanya memenuhi ruang.
Berikut beberapa pendekatan praktis yang bisa dilakukan dalam proses SKU Rationalization:
1. Tinjau Kontribusi Penjualan
Langkah pertama adalah menganalisis performa penjualan setiap SKU. Prinsip Pareto biasanya berlaku di sini sekitar 20% dari produk yang Anda miliki bisa menghasilkan 80% dari total penjualan. Ini berarti ada banyak SKU yang kontribusinya minim, tetapi tetap menguras waktu, ruang, dan biaya. Fokus pada yang benar-benar produktif akan membantu menyederhanakan operasional.
2. Evaluasi Margin Laba
Penjualan tinggi belum tentu berarti menguntungkan. SKU yang laku keras tapi margin labanya tipis bisa saja menjadi beban jika biaya logistik dan penyimpanannya terlalu besar. Dengan mengevaluasi margin per produk, Anda bisa menilai mana SKU yang layak dipertahankan dan mana yang perlu ditinjau ulang.
3. Perhatikan Nilai Strategis Produk
Tidak semua produk bisa dinilai dari angka saja. Ada SKU yang berperan sebagai “pintu masuk” untuk menarik pelanggan mencoba produk lain, atau punya nilai emosional yang kuat bagi target pasar. Produk seperti ini tetap bisa dipertahankan selama mendukung strategi brand dan memberikan pengalaman positif bagi pelanggan.
4. Cek Duplikasi Produk
Duplikasi sering tak disadari misalnya, memiliki lima varian produk dengan perbedaan yang sangat kecil. Jika ternyata hanya dua yang benar-benar diminati pasar, maka menyederhanakan pilihan bisa membantu mempercepat proses produksi, memudahkan distribusi, dan membuat pelanggan tidak kebingungan.
5. Gunakan Data Historis untuk Lihat Pola
Lihat kembali histori penjualan: apakah ada produk yang hanya laku musiman? Apakah hanya dibeli oleh segmen tertentu? Dari data ini, Anda bisa melihat mana SKU yang memiliki performa konsisten dan mana yang sebenarnya hanya “numpang lewat.”
Proses ini tentu akan lebih efisien jika dibantu sistem manajemen inventaris yang terintegrasi. Di sinilah BoxHero bisa diandalkan. Dengan fitur pelacakan stok secara real-time dan analisis histori penjualan, Anda bisa langsung melihat produk mana yang bergerak cepat dan mana yang hanya menumpuk di gudang. BoxHero juga menyediakan tampilan visual yang memudahkan Anda membandingkan performa SKU tanpa harus repot buka spreadsheet satu per satu.
Tidak hanya itu, sistem BoxHero memungkinkan Anda mengatur stok minimum, mendapatkan notifikasi saat stok menipis, hingga melihat tren permintaan dari waktu ke waktu. Semua data ini sangat berguna untuk mengambil keputusan yang tidak berdasarkan intuisi semata, melainkan didukung fakta dan angka.
Perlu diingat, SKU Rationalization sebaiknya dilakukan secara rutin. Tidak harus terlalu sering, tapi idealnya setiap kuartal atau saat bisnis menambah banyak produk baru. Evaluasi berkala membuat bisnis Anda tetap adaptif, efisien, dan responsif terhadap perubahan pasar.
Pada akhirnya, SKU Rationalization bukan tentang “mana yang harus dibuang,” tetapi tentang “mana yang benar-benar berdampak.” Dengan proses yang tepat dan data yang akurat, menyederhanakan portofolio produk justru membuka jalan bagi bisnis untuk bertumbuh lebih sehat dan lebih fokus.
Lebih Sedikit, Lebih Efisien
Dalam dunia bisnis, keinginan untuk tumbuh sering kali diiringi oleh dorongan untuk terus menambah produk baru. Banyak pelaku usaha berpikir bahwa semakin banyak SKU yang dimiliki, maka semakin besar pula peluang untuk menarik pelanggan. Namun kenyataannya, pertumbuhan tidak selalu sejalan dengan jumlah produk yang ditawarkan. Terlalu banyak SKU bisa menyebabkan kebingungan, baik di level operasional maupun dalam proses pengambilan keputusan.
Menyederhanakan SKU bukan berarti membatasi potensi bisnis. Justru, melalui proses rasionalisasi yang tepat, bisnis dapat menemukan fokus baru yang lebih tajam. Memiliki terlalu banyak produk yang berjalan setengah-setengah tidak seefisien jika dibandingkan dengan segelintir SKU yang benar-benar unggul dan memiliki permintaan stabil. Dalam hal ini, kualitas dan kontribusi setiap SKU jauh lebih penting daripada kuantitas semata.
Refleksi ini menjadi penting, terutama di tengah persaingan pasar yang semakin kompetitif. Pelanggan saat ini cenderung mencari pengalaman yang cepat dan relevan. Ketika mereka dihadapkan dengan terlalu banyak pilihan, proses pengambilan keputusan bisa menjadi lambat atau bahkan berujung pada ketidakpuasan. Ini menjadi salah satu alasan mengapa penyederhanaan inventaris justru dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan dan efisiensi layanan.
Dari sisi operasional, beban yang ditimbulkan oleh SKU yang kurang produktif sangatlah nyata. Gudang menjadi semakin padat, proses picking menjadi lebih lama, dan kesalahan pencatatan stok lebih mudah terjadi. Belum lagi risiko stok usang yang menumpuk, yang pada akhirnya mengganggu arus kas dan menyerap modal kerja secara tidak efisien. Dengan menyederhanakan inventaris, tim operasional bisa bekerja lebih ringan dan lebih fokus.
Dampaknya pun terasa pada sisi finansial. Pengeluaran yang sebelumnya terserap untuk menyimpan dan memantau SKU yang tidak efektif bisa dialihkan untuk pengembangan produk baru yang lebih potensial atau peningkatan layanan pelanggan. Dengan kata lain, rasionalisasi SKU bukan hanya soal menyortir stok, tetapi juga bagian dari strategi efisiensi jangka panjang.
Proses ini tentunya akan lebih kuat jika didukung oleh data yang akurat dan sistem yang memadai. Evaluasi berkala terhadap performa SKU, jika dilakukan secara konsisten, bisa menjadi kebiasaan positif yang memperkuat daya tahan bisnis. Bukan hanya saat kondisi mendesak, tetapi sebagai rutinitas strategis untuk memastikan semua sumber daya digunakan secara optimal.
Akhirnya, keputusan untuk menyederhanakan SKU adalah keputusan untuk melihat lebih jauh ke dalam bisnis sendiri. Untuk meninjau kembali apa yang benar-benar membawa nilai dan mana yang sebaiknya dilepaskan. Dengan cara ini, bisnis bisa melangkah lebih ringan, namun lebih terarah. Karena dalam banyak hal, lebih sedikit bukan berarti kekurangan. Justru bisa menjadi langkah awal menuju efisiensi, fokus, dan pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.
Mengapa Menggunakan BoxHero dalam SKU Rationalization?
BoxHero adalah sistem manajemen inventaris berbasis cloud yang dirancang untuk membantu pelaku usaha dalam mengelola stok secara lebih mudah, efisien, dan berbasis data. Dalam konteks SKU Rationalization, ada beberapa keunggulan utama yang membuat BoxHero menjadi pilihan tepat.
Pertama, BoxHero memberikan visibilitas penuh terhadap semua SKU yang dimiliki. Anda bisa melihat dengan jelas jumlah stok saat ini, histori keluar masuk barang, serta tren penjualan tiap produk. Hal ini memudahkan Anda untuk mengidentifikasi SKU mana yang sering bergerak dan mana yang justru jarang terjual.
Kedua, fitur analisis performa produk di BoxHero sangat membantu saat menentukan SKU yang perlu dipertahankan. Anda tidak perlu lagi melakukan perhitungan manual. Data disajikan secara otomatis dalam bentuk grafik dan laporan yang mudah dipahami. Dengan begitu, proses pengambilan keputusan bisa lebih cepat dan lebih tepat.
Ketiga, BoxHero mendukung pencatatan yang rapi dan minim kesalahan. Dengan sistem barcode, semua transaksi bisa dicatat otomatis. Risiko human error yang umum terjadi pada pencatatan manual bisa ditekan, sehingga evaluasi SKU bisa berjalan lebih akurat.
Keempat, BoxHero bekerja secara real-time dan multi-user. Artinya, Anda dan tim Anda bisa memantau stok dari mana saja, kapan saja. Tidak perlu tunggu laporan mingguan atau bulanan. Hal ini sangat berguna untuk mengambil tindakan cepat, terutama saat ditemukan SKU yang stagnan atau kehabisan stok.
Terakhir, BoxHero sangat cocok untuk pelaku usaha kecil hingga menengah yang butuh solusi praktis namun canggih. Sistem ini tidak memerlukan instalasi rumit, dan penggunaannya pun intuitif bahkan untuk tim yang belum terbiasa dengan sistem digital.
Dengan dukungan fitur-fitur tersebut, proses rasionalisasi SKU jadi jauh lebih ringan dan berbasis data. Tidak lagi perlu menebak atau mengandalkan feeling. Cukup lihat performa produk melalui sistem, lalu ambil keputusan terbaik untuk bisnis Anda.
Maka, jika Anda sedang mempertimbangkan untuk menyederhanakan inventaris dan meningkatkan efisiensi, BoxHero adalah jawabannya.
Baca juga : Lebih Cepat, Lebih Akurat: Inovasi Barcode dari BoxHero untuk Bisnis Anda